www.readsi.id
http://moaipdmip.org/home
http://bppsdmp.pertanian.go.id/id/blog/post/ipdmip-mendukung-program-swasembada-pangan-berkelanjutan
http://fmsrbpsp.com/
https://ekonomi.inilah.com/read/detail/2498004/ifad-danai-pengembangan-wirausaha-muda-pertanian
Pilar Pertanian - Penyuluh pertanian adalah ujung tombak pembangunan pertanian secara keseluruhan dan ujung tombak swasembada pangan nasional, hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi, pada pembukaan gabungan acara Sosialisasi Pedoman SIMURP dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Tenaga Harian Lepas-Tenaga Batu Penyuluh Pertanian (THL-TB Penyuluh Pertanian) di Palace Hotel Cipanas Jawa Barat (17/10), dengan jumlah peserta sebanyak 120 orang. Dedi mengungkapkan, bahwa Penyuluh Pertanian berkontribusi nyata dan signifikan terhadap swasembada pangan nasional dan berharap agar kontribusi yang telah diberikan tidaklah berkurang. Penyuluh juga harus mampu mengikuti era 4.0 dimana teknologi utama menopang implementasi revolusi tersebut dalam bidang pertanian berbasis internet (internet of things), super komputer (artificial inteligence), kendaraan tanpa pengemudi (human-machine interface), teknologirobotik (smart robotic) dan teknologi 3D Printing. Untuk menyikapi dampak perubahan iklim Proyek SIMURP yang fokus pada kegiatan Climate Smart Agriculture (CSA) atau pertanian cerdas iklim, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Teknologi CSA harus dipahami oleh seluruh insan pertanian baik di Pusat maupun di Daerah, ujar Dedi. Bagaimana penyuluh harus memahami dan menerapkan teknologi CSA kepada petani di lokasi Proyek SIMURP. Prinsip CSA yang di terapkan meliputi peningkatan produksi dan hemat air, adaptif terhadap perubahan iklim, menurunkan emisi gas rumah kaca, pengendalian OPT terpadu dan pengembalian bahan organik tanah. Selain itu, aspek-aspek lainnya yang harus diupayakan diantaranya : 1) Peningkatan kapasitas dan peran para penyuluh pertanian di lapangan dengan membangun sistem manajemen dan informasi penyuluhan pertanian berbasis teknologi dan informasi. 2) Peningkatan kapasitas dan peran kelembagaan penyuluhan terutama di tingkat lapangan seperti BPP berbasis IT dan CSA. 3) Penguatan kapasitas kelembagaan petani (poktan dan gapoktan) dan mendorong pembentukan serta pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP). 4) Penguatan ketenagaan baik penyuluh maupun pelaku utama terutama petani milenial yaitu petani yang responsif terhadap teknologi dan informasi, serta peka terhadap perubahan sosial dan peduli dengan kelestarian sumber daya alam serta lingkungannya. 5) Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian yang efektif dan efisien. Tantangan penyuluhan pertanian ke depannya di antaranya mampu menjadi SDM pertanian yang berdaya saing untuk menuju pertanian modern di era revolusi industri 4.0 sehingga diharapkan melalui pertemuan ini, para peserta mampu mengimplementasikannya. (OIR)
Gorontalo merupakan satu dari enam provinsi di Indonesia yang mengelola program Rural Empowerment Agricultural Development Scalling-Up Initiative (READSI) dimana Kabupaten Pohuwato, Bone Bolango, dan Gorontalo sebagai pelaksana program. Ketiga kabupaten tersebut dipilih READSI bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD) untuk melaksanakan kegiatan support mission guna mendukung implementasi program dan pengawalan pelaksanaan kegiatan di daerah, sebagai lanjutan kegiatan supervisi yang sudah dilaksanakan pada bulan Maret 2019 di provinsi Sulawesi Utara dan Kalimantan Barat. Kegiatan ini turut mengundang instansi dan unit kerja dari Bappenas, Biro Kerja Sama Luar Negeri dan Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Kegiatan support mission ini dibuka dengan rapat koordinasi di Kabupaten Pohuwato tepatnya di Hotel Marina Beach Resort, Selasa (20/08/2019). Rapat koordinasi ini dihadiri oleh Bupati Pohuwato, Ketua DPRD Kabupaten Pohuwato, Sekda, Baperlitbang Pohuwato dan Dinas Pertanian setempat. “Anggaran yang dialokasikan program ini luar biasa untuk sebuah daerah yang sedang berkembang.” Kata Bupati Pohuwato, Syarif Mbuinga, saat membuka pertemuan tersebut. Syarif Mbuinga juga menyampaikan harapannya kepada program READSI agar dapat menguatkan ekonomi petani, dan menyamakan persamaan perspektif pengelolaan keuangan dengan Dinas setempat. Kegiatan support mission dilanjutkan dengan diskusi bersama kelompok tani guna mengetahui kendala yang dialami petani di lapangan ketika menjalani kegiatan-kegiatan program READSI, di Desa Balayo, Rabu. Salah satu bentuk kegiatan yang difasilitasi program READSI untuk kelompok tani di desa sasaran adalah sekolah lapang petani. Musim kemarau nampaknya tidak membuat para petani kehilangan semangatnya dalam mengikuti kegiatan sekolah lapang program READSI, hal ini dinyatakan oleh salah satu petani dari kelompok tani jagung bahwa kegiatan sekolah lapang program READSI membantu para petani dalam memperbaiki metode penanaman yang biasa digunakan melalui materi-materi yang diberikan selama kegiatan sekolah lapang berlangsung. Dan beberapa petani wanita anggota dari Kelompok Wanita Tani Desa Balayo menyampaikan bahwa sekolah lapang program READSI telah membantu mereka dalam mencari tambahan pendapatan melalui penjualan hasil panen sekolah lapang.
Dalam rangka mendukung implementasi Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative (READSI) dan pengawalan kegiatan yang sedang dilaksanakan didaerah, Badan PPSDM Pertanian sebagai Executing Agency dari proyek READSI bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD) melakukan kegiatan support mission pada tanggal 20 s.d. 24 Agustus 2019 di Provinsi Gorontalo. Kegiatan ini juga melibatkan instansi dan unit kerja dari Bappenas, Biro Kerja Sama Luar Negeri dan Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Tujuan dari joint monitoring ini adalah untuk menindaklanjuti hasil supervisi sebelumnya dalam mendukung program pelaksanaan kegiatan dilapangan, mengidentifikasi kendala dan tantangan, serta mempercepat pelaksanaan program kegiatan. Tim Gabungan ini memulai misinya dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat yang selanjutnya melakukan monitoring kegiatan di Kelompok – Kelompok Tani wilayah proyek. Pada Kab. Bone Bolango Tim berkesempatan untuk bertatap muka dengan para petani diwilayah Kec. Bulango Utara yang menyampaikan bahwa pada kegiatan pelatihan Sekolah Lapang (SL) yang diterapkan oleh READSI sangat berdampak pada penguatan sistem pertanian mereka. Penyelenggaraan SL dimasing-masing Kecamatan memiliki volume yang berbeda (4 s.d. 9) kali kegiatan pada fase 2018 – 2019. Dampak SL yang dilakukan cukup membuahkan hasil untuk menarik minat kaum hawa, mereka mengaplikasikan pelatihan tersebut pada pekarangan rumahnya masing-masing dengan memproduksi sayuran. Sekali dayung dua pulau terlampaui, itulah kira-kira pepatah yang disematkan dalam output kegiatan SL diwilayah ini, karena selain hasil yang mereka tanam dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga, mereka juga telah menciptakan sumber income dari hasil penjualan produksi sayuran yang mereka tanam. Tentunya capaian diwilayah ini telah mencerminkan tujuan dari proyek READSI yaitu untuk pemberdayaan Rumah Tangga di Pedesaan. Kunjungan Tim juga disambut oleh Pemerintah Daerah Kab. Gorontalo (Sekretaris Daerah) yang menyampaikan bahwa kegiatan proyek READSI sangat dibutuhkan untuk menunjang peningkatan pendapatan petani secara berkelanjutan. Dalam kesempatan ini juga disampaiakan bahwa mekanisme on granting tidak menjadi persoalan, karena Pemda Kab. Gorontalo telah memiliki pengalaman pada proyek-proyek pemerintah pusat lainnya dengan menggunakan mekanisme yang sama. Semua sumber pendanaan yang masuk dalam program kerja Pemda Kab. Gorontalo telah dikemas sesuai dengan porsi kegiatan yang diusung, dan masing-masing kegiatan telah dirancang untuk saling mendukung untuk mencapai tujuannya, namun tidak tumpang tindih terkait pendanaan, ujar Bu Sekda.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan peternak skala kecil di Indonesia, Kementerian Pertanian telah mengimpelentasikan Program “Profitable Feeding Strategies for Smallholder Cattle in Indonesia” yang merupakan bantuan Hibah Luar Negeri dari Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Program ini diterapkan di tiga wilayah, yaitu di NTT, Jawa Timur dan Yogyakarta. BPTP DIY yang merupakan salah satu Implementing Agency (IA) telah melakukan penelitian fase I dan II di tahun 2018 s.d. awal 2019 dengan melibatkan 50 orang pemilik ternak yang berada dalam naungan Gabungan Kelompok Pembibitan Ternak (Gapokbitnak) di Playen Gunungkidul dan Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Dr. Gunawan, selaku penanggung jawab kegiatan menyampaikan bahwa penelitian tersebut dilakukan sesuai dengan tujuan proyek, yaitu untuk meningkatkan profitabilitas produksi sapi potong dari peternak kecil melalui pengembangan ransum pakan sederhana yang hemat biaya. Ujicoba pengolahan pakan dari limbah pengolahan pangan seperti gaplek, bungkil kopra, bungkil sawit dan kulit kedelai sebanyak 1% dan 2% serta pakan hijauan seperti rumput gajah, rumput lapang, jerami padi dan jerami jagung dan di tambah dengan Daun Gamal (Gliricidia Sepium) yang berfungsi sebagai salah satu sumber protein pakan ternak mampu meningkatkan penambahan bobot badan sapi pejantan Ongole. Penelitian dilakukan pada 50 ekor sapi jantan Ongole dengan umur berkisar 12 – 18 bulan dengan berat awal sekitar 200 kg terbagi dalam 3 kelompok; yaitu 10 ekor sapi tanpa perlakuan pemberian formula pakan tambahan, 20 ekor sapi dengan perlakuan pakan tambahan sebanyak 1%; dan 20 ekor sapi dengan perlakuan 2% pakan tambahan, selama 12 minggu, diperoleh hasil bahwa 10 ekor sapi yang tidak diberikan perlakuan pakan tambahan memiliki tambahan berat berkisar 39,8 Kg/ekor, sedangkan pada 40 ekor sapi yang diberikan pakan tambahan sebanyak 1% dan 2% mengalami penambahan bobot badan hingga 60,9 Kg/ekor/12 minggu atau meningkat 53% dibandingkan sapi tanpa tambahan pakan. Disamping menghasilkan formula yang menjadi ransum pakan sapi, penelitian yang dilakukan oleh BPTP DIY juga menghasilkan produk mineral blok yang berfungsi untuk menambah nafsu makan ternak ruminansia. Penelitian tersebut tercatat dapat menghasilkan efek positif terhadap penambahan bobot berat badan ternak yang cukup signifikan. Hal ini tentunya dapat dijadikan solusi bagi peternak kecil dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak dengan komposisi sederhana dan biaya produksi pembuatan pakan yang terjangkau. Pada fase berikutnya, BPPTP DIY akan merancang teknologi berupa mesin pengolah pakan yang dapat mengolah formula pakan tambahan dari daun Gamal (Gliricidia Sepium) dalam bentuk pelet yang berfungsi sebagai sebagai sumber protein pada ternak yang dapat memberikan keuntungan lebih maksimal lagi bagi peternak.
Proyek UPLAND ini mempunyai beberapa tujuan. Seperti untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani di daerah dataran tinggi melalui pengembangan infrastruktur lahan dan air, pengembangan sistem agribisnis dan penguatan sistem kelembagaan. Kemudian Membangun sentra perbibitan, dilengkapi dengan prasarana dan sarana budidaya benih modern.  "Lalu ada modernisasi pertanian melalui penyediaan alat mesin pertanian (Alsintan), sarana produksi pertanian serta peralatan penanganan pasca panen untuk mendukung kegiatan pengembangan sistem pertanian terpadu," tambah Mulyadi. Tujuan lainnya untuk menguatkan/meningkatkan kapasitas kelembagaan petani melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan menuju kelembagaan yang profesional. Juga untuk meningkatkan serta memperluas akses pasar dari komoditas pertanian spesifik wilayah di daerah dataran tinggi melalui pengembangan jaringan kerjasama dengan pihak swasta. "Selain itu meningkatkan kapasitas staf pusat, dinas pertanian dan petani dalam  pengelolaan kegiatan usahatani modern," sebutnya. Adapun kegiatan UPLAND nantinya antara lain, pengembangan infrastruktur untuk peningkatan produktivitas dan pembentukan ketahanan pertanian. Yang meliputi pengembangan lahan dan prasarana dan pengelolaan produksi dan budidaya. "Juga pengembangan agribisnis dan fasilitasi peningkatan pendapatan masyarakat. Yang terdiri dari 4 sub komponen meliputi pengembangan kelembagaan pertanian, dukungan peralatan dan infrastruktur pemasaran, penguatan jaringan pasar dan kemitraan serta akses kepada layanan keuangan," jelasnya. Kemudian penguatan sistem kelembagaan. Meliputi 2 sub komponen yaitu penguatan kapasitas dan pengembangan institusi pemerintah pusat dan daerah serta kerjasama hasil penelitian. "Yang terakhir manajemen proyek. Seluruh pelaksaan setiap komponen akan dilaksanakan oleh District Project Implementation Unit (DPIU) dan dikoordinasikan oleh Provincial Project Implementation Unit (PPIU) serta Project Management Unit (PMU) di tingkat pusat dengan didukung oleh konsultan," pungkasnya.
Tentang SIPOR PHLN
Sistem Informasi Pelaporan Pinjaman Hibah Luar Negeri Kementerian Pertanian merupakan aplikasi untuk memudahkan pemantauan pelaporan pinjaman dan hibah luar negeri yang dikelola oleh Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pertanian dan Eselon I terkait.
Kontak
Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pertanian
Jl. Harsono RM. No. 3, Ragunan Jakarta 12550, Indonesia
Telp PPID: 0812-8237-0137 (Jam 09:00 s.d 15:00 WIB setiap hari kerja)